(Untuk gadis berkantung mata)
Aku pikir sinar bulan di Balikpapan sama saja dengan dikota ini, Samarinda. Lembut dan dingin, membuat kerinduan kita ini menjadi bertambah lalu dan kelu.
Aku pikir sinar bulan di Balikpapan sama saja dengan dikota ini, Samarinda. Lembut dan dingin, membuat kerinduan kita ini menjadi bertambah lalu dan kelu.
Tertidur aku ketika mencoba
membayangkanmu dalam dinding biru kamarku. Tentu dengan cahaya bulan yang sejuk
itu, menembus dari kaca jendela tempatku selalu beradu rindu.
Hamparan langit, luas dan sepi. Layaknya
sebuah ruang diangkasa sana yang kucipta untukmu berlatih yoga sementara
bintangnya yang gemerlapan adalah saksi, bahwa aku akan terlelap lagi dalam
mimpi.
Sebentar lagi pagi.
Oh mendung, begitu keparatnya
dirimu karena lama tak berkunjung kemari. Makin jadilah aku ditelanjangi rindu
dan mimpi.
Teramat ingin tentu aku pada dirimu yang berwujud manusia. Bukan
seperti biasa, hanyalah embun saja yang selalu memeluk mesra. Walau kutau itu
pasti bulir bulir udara yang kau hembus di sudut kota sana.
Ahhh.. hari hampir pagi.
Begitu durjananya aku melarutkan
mimpi pada sesuatu yang seksi. Jangan kau benci, karena aku lelaki.
Dolank
27 Juli 2018