Saturday, August 28, 2010

Bangsaku

Bangsa kita begitu hancur dalam segala hal, ekonomi, hukum, birokrasi, sosial, dan banyak aspek lainnya. Satu sama lain saling menyalahkan tentang kenapa hal ini terjadi, bagaimana bisa terjadi, ataupun sudah sejak kapan hingga sejauh mana ini terjadi. Sisi baiknya kita masih sempat untuk memikirkan solusi apa yang harus diambil.
Pemerintahan yang ada sebelumnya telah begitu suksesnya menghidupkan budaya kebobrokan dalam segala aspek tersebut. Apakah semua ini berawal dari politik, mungkin saja. Setidaknya yang kita tahu saat ini dan sudah menjadi rahasia umum bahwa politik itu kotor.
Lalu sebaik apapun pemerintahan selanjutnya hanya akan terlihat sama saja. Masyarakat lebih condong untuk menyalahkan pemerintah. Dari sabang sampai merauke suara-suara kemasyarakatan nyaring terdengar terus dan tidak bosan menghantam tembok-tembok pemerintahan.
Masyakat seperti tidak mau tahu bahwa sebuah bangsa bukan hanya terdiri dari tanah dan pemerintahan saja. Masyarakat yang ada di dalam bangsa ini telah menjelma menjadi Tuhan dalam pengertian bangsa yang berdemokrasi. Setidaknya kitapun tahu dan sudah menjadi rahasia umum bahwa Tuhan tidak pernah salah. Apakah betul begitu, mungkin saja begitu..?
Tapi yang saya tahu, masyarakat kita adalah masyarakat yang cerewet sementara pemerintahan kita adalah pemerintahan yang buta dan tuli, lalu tanah kita hanyalah menjadi ibu pertiwi. Setidaknya kitapun tahu dan sudah menjadi rahasia umum bagaimana tanah ini tergambar sebagai ibu yang mesti terperangkap dalam budi dan pekerti..!
Dolank
21 agustus 2010

Saturday, June 26, 2010

Nabiku

Aku yang terbaring disini telahpun bangkit berdiri. Maju dan tanpa henti, bukan karena apa dan siapa.
Aku yang lelaki begini telahpun menangis lagi. Dan bukanpun karena apa dan siapa.
Cukup dia saja.
Hanya dia dan aku rindu dia..!

Lalu mengapa kalian tak menyegerakan diri, kalian yang mengaku cinta dalam hati. Kalian yang juga dahulu berarti aku dan keakuanku. Bangkitlah berdiri, bersama kita lantangkan hati.

Muhammadku Muhammadku..
Dengarlah seruanku, aku rindu aku rindu.
Kepadamu Muhammadku.. (Hadad alwi – Rindu Muhammad)

Dolank
26 Juni 2009

Tuesday, January 26, 2010

Nama


Ada hal yang paling manis dalam hidup ini, salah satu yang terbaik dari sebuah perjalanan hidup. Keberlanjutan akan sebuah perjalanan, perjalanan ketika kematian telah menjemput hidup.
Anakku yang nomor satu bernama lampu. Lahir sempurna dalam lingkaran kegelapan, Setelah lama berada dalam masa tiga kegelapan. kegelapan jiwa masyarakat disekitarnya juga kegelapan nasib kami yang sedang merintis pendakian dalam rimba belantara kehidupan.
Anakku yang nomor dua bernama lilin. Gadis lincah dan sedikit centil. Lahir dalam hitamnya dunia. Hitamnya takdir orang-orang sawah, orang-orang laut, orang-orang bumi yang juga memang berkisar pada orang-orang hitam saja.
Anakku yang nomor tiga bernama genset. Lahir dalam kemodernitasan. Kemajuan dan kemajemukan membuat dunia dipenuhi kegamangan. Genset lahir sebagai pegangan. Tanpanya lampu dan lilin menjadi tak berarti apa-apa, begitu pula sebaliknya dalam era kemodernitasan seperti dijamannya.
Begitulah segala cahaya itu mewarnai hidupku ini. Titik harapan dari dunia dan agama layaknya sang ibu yang telah dikabarkan dalam Al Furqan. Munira, sebuah kata dari huruf mim, nun dan ro’. Yang berarti bulan yang bercahaya, layaknya cahaya bagi hidupku dikala muda hingga disaat seperti ini, disaat warna-warnaku telah memudar.
Dolank
11 januari 2010