Tuesday, January 26, 2010

Nama


Ada hal yang paling manis dalam hidup ini, salah satu yang terbaik dari sebuah perjalanan hidup. Keberlanjutan akan sebuah perjalanan, perjalanan ketika kematian telah menjemput hidup.
Anakku yang nomor satu bernama lampu. Lahir sempurna dalam lingkaran kegelapan, Setelah lama berada dalam masa tiga kegelapan. kegelapan jiwa masyarakat disekitarnya juga kegelapan nasib kami yang sedang merintis pendakian dalam rimba belantara kehidupan.
Anakku yang nomor dua bernama lilin. Gadis lincah dan sedikit centil. Lahir dalam hitamnya dunia. Hitamnya takdir orang-orang sawah, orang-orang laut, orang-orang bumi yang juga memang berkisar pada orang-orang hitam saja.
Anakku yang nomor tiga bernama genset. Lahir dalam kemodernitasan. Kemajuan dan kemajemukan membuat dunia dipenuhi kegamangan. Genset lahir sebagai pegangan. Tanpanya lampu dan lilin menjadi tak berarti apa-apa, begitu pula sebaliknya dalam era kemodernitasan seperti dijamannya.
Begitulah segala cahaya itu mewarnai hidupku ini. Titik harapan dari dunia dan agama layaknya sang ibu yang telah dikabarkan dalam Al Furqan. Munira, sebuah kata dari huruf mim, nun dan ro’. Yang berarti bulan yang bercahaya, layaknya cahaya bagi hidupku dikala muda hingga disaat seperti ini, disaat warna-warnaku telah memudar.
Dolank
11 januari 2010