Friday, November 28, 2008

Cahaya

Aku lupa menulis cinta.

Seperti yang pernah tertulis dahulu apa itu cinta, hanya sebuah kata dalam kamus hitamku. Menuliskannya hanya akan menghitamkan jalanku seperti pekatnya kamus itu. Menggoreskannya hanya akan membuaikan lelap tidurku hingga terlupa dengan realita.

Aku hanya ingin menuliskan kamu. Bukan yang lainnya. Karena tak ada yang lebih bercahaya ketika pena menari diatas kertas selain kawan dan tentu saja juga kamu.

Tapi ketika ini, ketika penaku menggoreskan kamu, hanya ada kata, jauh.

22 November 2008

Dolank

Tuesday, November 25, 2008

Tuan

Tuan…

Aku telah lihat kemiskinan kota ini, sementara beberapa tahun lalu kulihat juga kemiskinan dikota yang sana. Beberapa bulan setelahnyapun telah kulihat juga kemiskinan kota yang lainnya. Dan kau tahu apa yang kupikirkan…


Sudahlah tuan, jangan kau palingkan mukamu seperti kau punya kesibukan yang lebih penting daripada selain tidur dan bersenggama. Kau pasti tau apa yang kupikir, sesuatu yang pasti kau pikirkan juga. Hanya saja…


Ya, hanya saja kau terlalu takut untuk menyuarakannya tuan. Atau mungkin karena kau bingung akan menyuarakan pada siapa lagi, bukankah kau adalah yang tertinggi. Jadi lebih baik diam dan tersenyum, karena diam adalah wibawamu, dan senyum adalah karismamu. Kalau begini, maka…


Baiklah tuan akan kusuarakan suara hatimu dan hatiku serta beberapa hati yang lainnya, agar kita sama-sama tau. Kamu, aku dan yang lainnyapun tau. Kalau kemiskinan itu, kaalau keemiskiinan ituu, kaalaauu keemiissskiinnaan iitu, ternyata adalah lumrah. Karena hati kita. Aku, kamu, dan beberapa hati yang lainnya pun telah jadi miskin pula!!!


(Maaf karena masih belum bisa berbuat lebih untuk kalian saudaraku).
20 November 2008
Dolank

Monday, November 24, 2008

Peluh

Kita sama-sama berpeluh hari ini, tidak hanya peluh rupanya kawan, tapi peluhku bercampur darah. Darahmu!

Badan kita bukan otot yang terdiri dari besi dan baja kawan, jangan kau lalai dengan tubuhmu, karena aku tak mungkin melindungimu dari depan. Keberanian bukan milikku, dan kelihaian juga bukan kodratmu.

Kulihat kau hampir lelah kawan, tapi jangan pernah ragu karena aku pasti menopangmu untuk berdiri dan menantang lagi. Masih banyak musuh yang menghadang, jadi jangan lupa cadangkan tenaga untuk lari atau mungkin juga mati.

Peluhmu begitu deras kali ini kawan, lebih dari hari kemaren, apakah esok hari kau masih mampu berpeluh didepanku…

(Utk kawan muda hingga tuaku).

19 Nov 08
Dolank

Wednesday, November 19, 2008

3 Kata

Sesuatu yang gelap selalu kami identikkan dengan dingin, dan bahkan hingga mencekam. Hingga menyimpullah menjadi malam, kawan setia keluh kesah kami. Begitu pula dengan yang lainnya dalam memandang kami. Hanya ada…

Gelap

Dingin

Mencekam

Kami yang semestinya menjadi subjek daripada gelap, dingin dan mencekam ini dengan begitu mudahnya mereka faktakan menjadi sebuah objek fantasinya, bahwa disetiap malam akan ada gelap dingin dan mencekam yang mengintip dari balik terali-terali besi mereka.

Identitas.

Ya hanya itu sajalah identitas yang kami miliki, jadi jangan harap ada nama, umur ataupun status social selain daripada gelap dingin dan mencekam. Bahkan identitaspun bukan milik kami, hanya datang dari jiwa yang terdepresi milik mereka.

Dan begini sajalah kami, jika bekerja dianggap gelap, jika terdiam dikata dingin dan jika menentang dipandang mencekam. Kami tak lagi dapat berbuat lebih selain daripada jengah!!

1 Oktober 2008, 12.16 am

Dolank