Sering kuberpikir ini hanyalah
dansa biasa. Melingkarkan lenganku pada lekuk indah tubuhnya, agar separuh wajah
itu terjatuh pada bidang datar ternyaman dadaku. Namun terlupa aku bahwa dansa
tidak sekedar tubuh bagian atas belaka, juga dibutuhkan langkah langkah kaki
yang seirama. Langkah langkah kecil sederhana, monoton dan manja.
Pada beberapa kali juga kupikir
ini hanyalah rupa meditasi. Layaknya gerakan yoga yang tercantum pada
prasasti-prasasti. Sebagaimana itulah kusangkakan tingkahmu yang berhibernasi,
sementara itu tak kusadari diriku juga terlampau berimajinasi. Menghampakan ruang
dan waktu pada lintasan yang tak ada tepi.
Biasa dan tak extraordinari
kata raden ajeng roro putri. Bisa jadi karena jauhnya dimensi, antaranya hingga kami para
abdi.
Lalu...
Lalu...
Sukmaku berucap lirih, terima kasih.
Dolank
20 Februari 2020