Thursday, May 7, 2015

Assalamualaikum Beijing

Film ini bertema tentang cinta, islam, wanita yang kuat atau bisa juga dibilang mandiri. Proses syuting dilakukan langsung dari cina sebagai bukti bahwa kata Beijing pada judul bukan sekedar embel-embel belaka.

Banyak gedung-gedung terkenal ataupun gambaran sedikit daripada kehidupan yang ada di cina ditampakkan dalam film ini. Namun sayangnya gambar gambar tersebut diambil tidak secara profesional, bahkan cenderung terlihat seperti pengambilan gambar yang dilakukan oleh wisatawan yang sedang berlibur ke ke negara asing saja. Bisa jadi kameramennya kurang memiliki skill dalam bidangnya, bisa juga dilakukan hanya dengan menggunakan kamera handycam biasa.

Terlalu banyak gambar yang bergoyang seperti menggunakan kamera yang tanpa disertai dengan kemampuan stabilisasi gambar. Padahal seandainyapun diambil dengan kamera biasa semestinya diakali dengan penggunaan tripod. Proses pengambilan gambarpun cenderung terburu buru seperti mahasiswa yang membuat film pendek tanpa mengantungi izin dari pemilik area.

Aktor utama sangat kaku, bisa dimaklumi karena sepengetahuan saya yang sedikit inipun, saya baru pertama kali ini melihat ia bermain film. Untuk karakter utama wanitanya biasa saja, tidak ada yang istimewa. Karakter yang paling menawan hanya pada aktris pendukungnya saja, lucu, ceplas ceplos, semangat dan setia.

Hal paling menjengkelkan pada film Indonesia belakangan ini juga ada di film ini, yaitu pesan sponsor. Jadi diceritakan bahwa ketika aktris utamanya telah sampai di cina lalu dia mengeluarkan sebuah oleh-oleh dari Indonesia untuk teman dekatnya disana, yaitu 2 biji teh botol. Ini hal yang benar-benar aneh, kenapa tidak dipikirkan secara matang untuk memasukkan pesan sponsor dengan kemasan yang lebih menyatu pada film kalau tidak dapat membuat yang tampak realistis.

Salah satu prinsip yang ingin diperkenalakan pun tidak menjadi satu kesatuan dari awal hingga akhir film. Dibagian awal pengenalan prinsip tentang tokoh wanita muslim yang mengajarkan bahwa seorang muslimah tak boleh bersentuhan dengan laki-laki yang bukan muhrimnya lalu lebih ditekankan lagi pada pertngahan film, tapi dibagian akhir malah menjadi sesuatu yang tak pantas disebut prinsip lagi karena tokoh wanitanya malah menghambur-hamburkan sentuhannya pada wajah laki-laki yang dirindukannya.

Untuk masuk dalam kategori film romantis rasanya tidak juga. Drama bisa jadi iya tapi tak perlu berharap untuk merasakan nikmatnya menonton hingga menangis Bombay. Cukup dinikmati saja daripada tidak ada film yang ditonton.

Dolank

8 Mei 2015

No comments: