Wednesday, August 22, 2012

Antasena

Detik detik ini pun berlalu, seirama dengan degupku yang memilu.
Jangkrik..!! pekik orang jawa pada jelaga yang tersisa. Cukup di muka saja, jangan lagi juga sampai ke jiwa yang aku pinta. Teramat dalam kau beri luka layaknya panah arjuna yang melukai sumbadra kata mereka.
Kotor, teramat kotor diri kita yang terjaga. Saling mencoba berbicara tanpa bersuara, apalagi sepatah kata. Marah, saling bertukar amarah hanya itu yang kita bisa. Diam, terdiam bisu serasa malu pada diri yang kotor berjelaga.
Lalu kuraba kau tepat di dada, namun tak sampai ke hati di payudara aku terhenti. Bingung lalu aku mencari, kemana hati..? Adakah ia tak lagi di sana atau telah berpindah saja ia ke lain sukma. Mentertawai aku sedari senja.
Di luar kamarku Antasena telah lama menunggu. Lelaki begajulan namun polos dan lugu. Bebas dan lepas ia mengendara angin juga mempermainkan waktu. Penyimpangan sifat yang tak bisa dimengerti seperti melekat pada diri dan pencitraannya. Cemburu aku dengannya bukan karena apa-apa, hanya karena ada rasa yang sama.
Dan malam ini, diluar sana kuterka ia tak sedang tahu bahwa aku tengah mencari keberadaan hati. Hati yang hadir dalam kehidupan sebagai perlambangan jiwa. Bermain dalam lingkup rohani bukan jasmani. Tak juga kujumpa itu walau kutelusuri dirimu dari kepala hingga ke kaki, dan termenung aku ketika sampai diantara keduanya, pada sebuah lembah yang tak berpenghuni. Inikah yang dinamakan wanita..?
Jangkrik..!? aku memekik tersadar, dan bingung bertanya-tanya. Bukankah aku Antasena itu..!!!

Dolank 
13 Juli 2012

No comments: